Bandung: Seiring dengan perkembangan zaman, media sosial saat ini bisa menjadi salah satu alat untuk melakukan personal branding, tidak hanya content creator tetapi siapapun dapat memanfaatkannya sebagai sarana membangun personal branding.
Akhir-akhir ini banyak perspepsi perihal personal branding, bagi sebagain orang personal branding hanya sebuah ajang untuk pencitraan. Namun, pada dasarnya personal branding adalah suatu hal yang sangat dibutuhkan bagi setiap orang, tidak hanya para content creator. Personal branding adalah bagaimana cara kita untuk memasarkan diri kita sendiri untuk bisa dikenal dan itu akan sangat berkesinambungan dengan citra diri kita masing-masing, di mana media sosial berperan sebagai alat untuk membangun citra diri kita sehingga pada akhirnya berbuah menjadi personal branding.
“Untuk membangun personal branding itu sendiri, kunci utamanya adalah berani. Berani menunjukkan rasa percaya diri, berani untuk mengenali potensi diri, membangun relasi, membangun konsistensi dan tentunya kita harus kreatif dan juga inovatif,” jelas Dyah Rahmi Astuti, yang menjadi salah satu pembicara pada acara Talk Show My Ilkom, Jumat (18/2/22).
Selain itu, pembicara lainnya yakni Rieke Meilani Sugianto menjelaskan dalam tahapan membangun personal branding kita harus memiliki ciri khas dan tentunya bisa mengikuti perkermbangan zaman yang terus berkembang hingga saat ini.
Ketika kita mampu membangun personal branding, maka secara tidak langusng kita dapat dikenal oleh banyak orang. Selain bagaimana membangun citra yang diinginkan, dengan personal branding kita juga bisa memperluas relasi, memudahkan urusan karir dan bisa lebih dikenal banyak orang.
Lebih lanjut, kedua pembicara pada talkshow kali ini sepakat bahwa setiap orang dan siapapun itu bisa menjadi apa yang mereka inginkan ketika mereka sudah membangun personal branding yang ada pada diri mereka sendiri. Tidak ada kata gagal dalam setiap pembalajaran dan jangan risau ketika kita harus dihapakan dengan berbagai resiko yang akan kita hadapi kedepannya.
“Jangan pernah takut gagal karena dari kegagalan dari situlah kita akan belajar. Kita akan menjadi apa yang kita pikirkan, dan kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang. Keunggulan bukanlah sebuah tindakan, namun itu merupakan kebiasaan,” pungkas Dyah.
(Rimba Raya// Korps. Protokoler Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati)