BANDUNG — Belum reda penderitaan korban gempa cianjur, bencana alam kembali terjadi di Indonesia dalam kurun waktu dua hari berturut-turut 3 dan 4 Desember 2022 ini. Bencana Gempa Bumi di Kabupaten Garut dan Erupsi Semeru di Jawa Timur, seolah meneriakkan peringatan keras bahwa Indonesia sudah sepatutnya bergerak bersama ke arah adaptasi bencana.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Tim Gabungan Adaptasi Bencana Indonesia, dr. Ahmad Nurhadi, dalam siaran persnya menanggapi peristiwa Gempa Bumi Cianjur dan Erupsi Semeru, Minggu (4/12/22).
Ahmad menyatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan seluruh Komunitas dalam Tim Gabungan Adaptasi Bencana Indonesia, yang terdiri dari puluhan komunitas, dan akan menggelar pertemuan Akbar untuk mempersiapkan Kemah Siaga Indonesia Adaptasi Bencana 2022. Pertemuan tersebut rencananya akan diselenggarakan pada hari Rabu, 7 Desember 2022 nanti, dan akan dihadiri oleh Puluhan Ketua Komunitas Pemuda se-Jawa Barat,
diantaranya Perhimpunan Anak Desa Indonesia (PADI), Indonesia Disaster Adaptive (IDA), Nuswantara Muda, sakoladesa.id, Koperasi Jatman Subang Sejahtera, Forum UMKM Nuswantara (FUN), FUN Terapis Herbalis, Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), Pagoeyoeban Toekang Tjukur Noeswantara (PANTOERA), Bimbingan Konseling Islam (BINGKAI), Himpunan Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling Islam (HMJ BKI) UIN Sunan Gunung Djati, Masyarakat Dizkir dan Shalawat (MAZOLAT) Pilar Jagat, Lembaga Amil Zakat Lidzikri, BKPRMI, Gerakan 24 Peduli dan Sumedang Community.
“Selain komunitas yang telah disebutkan di atas, masih banyak komunitas lain yang siap bergabung dalam Kemah Siaga kita, diantaranya ada SABUK PEDANG, DEWI EKA, dan komunitas-komunitas lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.” Tutur Ahmad kepada wartawan.
Ahmad menjelaskan, Kemah Siaga ini dicanangkan akan diselenggarakan untuk menyelaraskan kemampuan dan pergerakan pemuda, dalam menyiapkan Indonesia Adaptasi Bencana 2023.
“Selain bertujuan untuk mengkonsolidasikan gerakan pemuda dalam merespon bencana Cianjur yang sudah mulai memasuki fase recovery dan rehabilitasi, Kemah Siaga ini juga rencananya ditujukan untuk melatih dan mempersiapkan para pemuda untuk menjadi motor aktif sosialisasi dan gerakan Adaptasi Bencana Indonesia yang akan menjadi fokus program kami pada tahun 2023.
Adaptasi ini adalah kewajiban yang niscaya perlu dilaksanakan oleh setiap kita, mengingat Indonesia berada dalam wilayah Ring of Fire yang dikenal sangat berbahaya. Selain itu, bencana yang muncul bertubi-tubi akhir-akhir ini pun sebetulnya telah diperingatkan kemunculannya oleh para ahli.” Tutur Ahmad.
“Belum lagi ada bencana-bencana yang masih mengintai seperti ancaman sesar lembang dan ancaman tsunami 34 meter di pulau Jawa bagian selatan. Semua ancaman ini, semoga tidak terjadi, namun tentunya terus menuntut kita untuk mau beradaptasi dengan segenap perilaku serta kelengkapan dan kesesuaian lingkungan tempat kita tinggal, infrastruktur, serta beragam penyesuaian lainnya yang perlu kita sesuaikan agar kita bisa berdamai dengan segala potensi ancaman tersebut.” Tutup Ahmad.
(Hab.Lbn)