SAWAHLUNTO — Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi singgah sahur ke rumah keluarga A. Hariyanto di Air Keruh, Desa Durian II, Kec. Baringin, Kota Sawahlunto.Selasa dini hari, 5/4/2022. Singgah Sahur kedua di bulan Puasa tahun ini.
Kediaman Hariyanto sederhana. Berlantai tak rata. Berdinding papan kayu tua yang dicat seadanya dan dipaku tak rapi, menyisakan banyak celah di sana-sini. Karena tak rapi, siapapun yang berdiri di luar rumah akan dengan mudah dapat mengintip ke dalam, dan jika tak hati-hati, kaki bisa terperosok dengan mudah di antara celah-celah lantai. Plafon tak jauh berbeda, anyaman bambu yang sudah robek di sudut-sudutnya.
Ada satu jam dinding tergantung di atas pintu yang sepertinya memberi jalan ke halaman belakang. Kedua jarumnya berhimpitan di angka 12 saat di jam tangan salah seorang bagian Tim Singgah Sahur menunjukkan pukul empat lewat sedikit. Mungkin baterainya soak, atau boleh jadi tak ada baterai sama sekali. Di bawah jam itu ada stiker bertuliskan ‘jangan kau menangis karena miskin.’
Di rumah sederhananya, Hariyanto hidup bersama istri; Bu Umres, anak perempuannya, tiga orang cucu perempuannya yang masih remaja; Tyas, Shangrila, dan Sonya, dan satu cucu laki-laki bernama Haris. Dini hari sebelum subuh itu, semuanya berkumpul di ruang tengah, yang mungkin juga adalah kamar tidur bersama, kecuali Tyas. Tyas, kata Eyang Utinya, Bu Umres, tidak mau ke luar dari kamar kecil di samping ruang tengah itu. Malu.
Kepada Gubernur Pak Hariyanto bercerita tentang rumah dan dirinya, “Ini rumah sudah sejak tahun 60an, Pak. Sudah ada sejak zaman nenek. Nenek saya itu dari Jawa. Maaf rumahnya begini, Pak. Maaf juga kami belum masak apa-apa buat sahur.”
Kepada Pak Hariyanto Gubernur menjawab dan bercerita tentang maksud kedatangannya dan rombongan, “Rumahnya tidak apa-apa begini, Pak. Memang kami sengaja mau ke rumah Bapak ini. (Menoleh ke arah Bu Umres) Tidak perlu masak juga, Bu. Ini kami sudah bawa makanan banyak. Kita sahur bareng-bareng di sini.”
Gubernur menambahkan, “Kami dari Pemprov sama Baznas. Sengaja datang tanpa memberitahu agar Bapak sekeluarga atau orang sekampung tidak sibuk menyiapkan ini-itu.”
“Ini Pak Gubernur lho, Bu. Gubernur Sumbar,” sahut entah siapa menimpalinya.
Obrolan antara Gubernur dan seluruh anggota keluarga pak Hariyanto, kecuali Tyas yang pemalu, terus berlangsung setelahnya. Bu Umres, misalnya, bercerita kalau kakinya yang sejak kedatangan Gubernur itu tidak pernah ditekuk sama sekali, telah lama sakit disebabkan oleh stroke yang dirasakan pertama kali sekitar 2017 lalu. Shangrila yang kelak ingin jadi dokter dengan bangga bercerita bahwa ia adalah siswi MAN dan telah hafal 3 Juz Quran. Sonya juga punya cita-cita sama, ingin jadi dokter kalau udah besar katanya.
Sapto/Hms
“
Tidak ada komentar