MALANG — Di bawah guyuran hujan deras yang melanda Kota Malang saat aksi ribuan massa aksi Aremania, Wali Kota Malang Sutiaji hadir di tengah-tengah massa aksi dan mendengarkan langsung tuntutan serta keluhan yang dirasakan oleh para Aremania.
Orang nomor satu di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang itu menemui massa aksi yang telah memadati kawasan Alun-alun Tugu serta Balai Kota Malang. Massa aksi Aremania yang datang mengenakan kaos serba hitam ini pun membentangkan berbagai spanduk protes terhadap penegakan hukum atas tragedi Stadion Kanjuruhan.
Sutiaji mengatakan, bahwa pihaknya selalu mengapresiasi serta berterima kasih kepada ribuan massa aksi Aremania yang jika turun ke jalan selalu berjalan dengan tertib dan tanpa tindakan-tindakan vandalisme atau merusak fasilitas umum.
“Kami sampaikan terima kasih kepada Aremania dan warga Malang Raya yang telah menunjukkan (sikap) luar biasa. Karena mampu menahan diri, mampu menciptakan kedamaian dalam waktu jeda 40 hari, yang saya kira itu tidak sedikit,” ungkap Sutiaji kepada batasmedia99, Kamis (10/11/2022).
Menurut Sutiaji, dari sikap yang masih bisa menahan diri dan menciptakan suasana kondusifitas, artinya para Aremania dan warga Malang Raya ini telah memiliki sifat dewasa dalam menyikapi suatu permasalahan, termasuk tragedi Stadion Kanjuruhan yang telah menewaskan 135 orang.
Selain itu, hal itu menunjukkan bahwa para Aremania dan warga Malang Raya selalu cinta damai tanpa adanya kerusuhan. Khusus untuk peristiwa di Stadion Kanjuruhan, Sutiaji berulang-ulang menyebutkan bahwa itu merupakan tragedi bukan kerusuhan. Karena menurut Sutiaji, Aremania dan warga Malang Raya selalu cinta damai.
Sementara itu, Sutiaji juga menyinggung terkait angka-angka dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) lalu. Pihaknya menyebut, bahwa angka 135 yang menandakan jumlah korban tewas jika dijumlahkan dalam masing-masing angka berjumlah sembilan (9).
“Sembilan itu artinya bahwa kita mudah-mudahan menjadi bintang sembilan orang-orang yang kemarin dipanggil oleh Allah itu saya kira perlu kita kenang seterusnya ya,” terang Sutiaji.
Kemudian jika dilihat dari tanggal peristiwa Ttagedi Stadion Kanjuruhan. Sutiaji menyebut jumlahnya delapan (8). Karena waktu (1/10/2022) jika dari tanggal, bulan dan tahun dijumlahkan, maka hasilnya delapan (8).
“Delapan adalah angka bulat di mana tekat bulat kita dari Kota Malang untuk menyuarakan bahwa bola itu tidak ada kericuhan, bola adalah hiburan rakyat dan bola itu tidak boleh ada intrik-intrik permainan apapun,” tutur Sutiaji.
“Ini bukan hanya ketepatan saja. Tekat bulat untuk memperjuangan 135 orang meninggal itu, tekat bulat bahwa bola itu cinta kedamaian,” imbuh Sutiaji.
Sementara itu, menurutnya bahwa, olahraga sepakbola haru menjunjung tinggi sportifitas, kebersamaan serta sepakbola juga digunakan untuk pemersatu bangsa. Rentetan itu yang menurut Sutiaji tidak boleh terlepas dari esensi sebuah olahraga sepakbola.
“Dari Malang untuk Indonesia itu dihadapan mata jadi kenyataan kita suarakan olahraga adalah sporitiftas kebersamaan dan hiburan rakyat, maka jangan ada kekerasan disitu,” tegas Sutiaji.
Lebih lanjut, sesuai tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga ekskutif di tingkat kota, Sutiaji akan segera berkirim surat resmi kepada jajaran petinggi di pemerintah pusat.
“Kami akan berkirim surat dan kami sampaikan kepada Kapolri, Polhukam, Presiden untuk mengawal apa yang menjadi aspirasi Arek Malang, bukan hanya Arek Malang tapi ini Anak Bangsa yang mempunyai nilai kemerdekaan yang harus diperhatikan,” pungkas Sutiaji
(***/Lbn)